MAKALAH EVALUASI
PEMBELAJARAN
“Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis
Tes”
Dosen Pembimbing
: Auliana F.A. M.Pd
Disusun oleh :
Oktoberiyus Seranta ( 100401020008 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas untuk memenuhi Ujian Akhir
Semester makalah “Evaluasi Pembelajaran” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Auliana F.A. M.Pd selaku guru dan pembimbing dari bidang study Evaluasi Pembelajaran, serta
terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan.
Penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran pembaca yang
membangun sangat diperlukan demi penyempurnaan makalh-makalah lainnya. Harapan
penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Amin.
Malang, Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………….………1
Daftar Isi…………………………………………………………………….....2
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………….…….…..……3
1.1.
Latar Belakang………………………………….………….......3
1.2.
Rumusan Masalah……………………….…….………….......4
1.3.
Tujuan Penulisan……………………………….……………...4
BAB
II PEMBAHASAN………………………………………….….………..5
2.1. Pengembangan
Instrumen Evaluasi Jenis Tes…..…….……....5
2.2.
Jenis-jenis Tes…………………………..….……………….….…6
BAB
III PENUTUP……………………………….…………………............…14
3.1.Kesimpulan……….…………………………………………….....14
3.2.Saran…………..........................................................................14
Daftar pustaka…………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak
alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya
adalah tes. Istilah tes hanya populer di lingkungan persekolahan, tetapi juga
diluar sekolah bahkan dimasyarakat umum. Kita sering mendengar istilah tes
kesehatan, tes olahraga, tes makanan, tes kendaraan, dan lain-lain. Disekolah
juga sering kita dengar istilah pretes, protes, tes formatif, tes sumatif, dan
sebagainya. Disekolah, tes ini sering juga disebut dengan tes prestasi belajar.
Tes ini banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam
bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
Penggunaan
tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang
mengenal pendidikan itu sendiri. Artinya, tes mempunyai makna tersendiri dalam
dunia pendidikan, khususnya dlaam pembelajaran.Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai “Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes”.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan tes?
2. Bagaimana
perkembangan dari tes?
3. Apa
saja jenis-jenis tes ?
1.3.
Tujuan
penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian tes.
2. Mengetahui
perkembangan dari tes.
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis tes.
Bab
II PEMBAHASAN
Pengembangan
Instrumen Evaluasi Jenis Tes
2.1.
Pengertian Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan
yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran
aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa
Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari
material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi
dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang
dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang
memenuhi criteria tertentu. Cronbach(dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes
sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and
describing it with the aid of a numerical scale or category system”.
Sedangkan Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Dalam perkembangannya istilah tes diadobsi dalam psikologi dan pendidikan.
Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang
objektif atas sampel perilaku tertentu.
Dalam psikologi,
tes dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
- tes yang mengukur intelegensia umum yang dirancang untuk mengukur kemampuan umum seseorang dalam suatu tugas
- tes yang mengukur kemampuan khusus atau tes bakat yang dibuat untuk mengungkap kemampuan potensial dalam bidang tertentu
- tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan aktual sebagai hasil belajar
- tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality assesment) yang bertujuan mengungkap karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur.
2.2.
Jenis- Jenis Tes
Apabila kita membahas
jenis-jenis tes, maka kita akan dapat mencermati dalam lima jenis atau cara
pembagian yaitu:
A. Pembagian jenis tes
berdasarkan tujuan penyelenggaraan.
a.
Tes Seleksi (Selection
Test)
Penentuan jenis kemampuan dan tingkat penguasaan pada tes seleksi,
sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat
mengikuti kegiatan. Dengan demikian, berdasarkan hasil tes seleksi, seseorang
dapat dinyatakan diterima atau berhasil dan tidak diterima atau tidak lolos
untuk mengikuti program kegiatan yang direncanakan. Sebagai contoh, jika kita
menyelenggarakan tes seleksi untuk pemandu wisata, maka akan lebih baik
menitikberatkan kemampuan berbicara daripada kemampuan menulis.
b. Tes Penempatan (Placement Test)
Adalah suatu keniscayaan bahwa kemampuan seseorang tidaklah bisa sama.
Sekelompok orang barangkali memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kelompok
lainnya. Permasalahan yang muncul adalah, bagaimanakah jika kemampuan siswa
dalam satu kelas relatif beragam? Hal ini akan bisa mempersulit jalannya proses
pengajaran yang Anda lakukan. Untuk itu perlu dilakukan tes penempatan. Tes
penempatan umumnya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program
pengajaran, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai
dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
c.
Tes Hasil Belajar
(Achievement Test)
Brown (2004) memberikan pengertian tes hasil belajar merupakan “a
test to see how far students achieve materials addressed in a curriculum within
a particular time frame”. Hasil belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar
dapat mengacu pada hasil pengajaran secara keseluruhan pada akhir
penyelenggaraan atau pada kurun waktu tertentu. Sebagai tes yang memfokuskan
pada hasil yang telah dapat dicapai oleh suatu bentuk pengajaran, tes hasil
belajar memiliki kaitan yang erat dengan apa yang telah diajarkan (kurikulum).
Kaitan itu terutama dalam hal isi tes. Isi tes harus secara jelas mencerminkan
isi pengajaran yang secara nyata telah diselenggarakan.
d.
Tes Diagnostik (Diagnostic
Test)
Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa Inggris
“diagnostic”. Bentuk kata kerjanya adalah “to diagnose”, yang artinya “to
determine the nature of disease from observation of symptoms”. Mendiagnosis
berarti melakukan observasi terhadap penyakit tertentu, sebagai dasar
menentukan macam atau jenis penyakitnya. Jadi, tes diagnostik sengaja dirancang
sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa.
Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran
yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk
kesulitan-kesulitan belajarnya.
Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar
peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran
tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang
belum dipahami dan yang telah dipahami.Oleh karenanya, tes ini berisi materi
yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
e. Tes Uji Coba
Untuk mengetahui apakah tes yang dikembangkan bagus, perlu
serangkaian uji
coba, untuk memperoleh informasi, tidak hanya tentang ciri-ciri tes yang
penting, seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan tingkat
pembeda, melainkan juga segi-segi lain, seperti kecukupan waktu, kejelasan
tulisan maupun perintah tes, dan lain sebagainya.
B. Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu Penyelenggaraan
Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu
Penyelenggaraan dibagi menjadi empat,antara lain sebagai berikut :
a.
Tes Masuk (Entrance Test)
Tes masuk
diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai. Sama
dengan tes seleksi, tes masuk diselenggarakan untuk menentukan apakah seorang
calon dapat diterima sebagai peserta program pengajaran karena ia memiliki
jenis dan kemampuan yang dipersyaratkan. Tes masuk dirancang secara
khusus dan
disesuaikan dengan tujuan program pengajaran. Semakin sesuai isi tes masuk itu
dengan tujuan pokok program pengajaran, maka akan semakin tinggi tingkat
relevansi serta efektivitas dari tes masuk tersebut.
b. Tes Formatif (Formative Test)
Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang
berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang
jalannya pengajaran sampai tahap tertentu. Informasi tersebut penting untuk
mengetahui apakah program pengajaran berjalan sesuai dengan format yang
ditentukan sehingga dipertahankan atau program pembelajaran memerlukan
perubahan atau penyesuaian, hasilnya berguna untuk memperbaiki strategi
mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang rentang proses
pembelajaran, materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok
bahasan atau sub pokok materi. Jadi tes untuk menentukan keberhasilan belajar
dan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
c.
Tes Sumatif (Summative
Test)
Kata dari “sumatif” adalah “sum” yang berarti “total obtained
by adding together items, numbers or amounts”. Dengan demikian, tes sumatif
diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total).
Konsekuensi dari tes yang menekankan hasil pengajaran secara
keseluruhan, maka item tes sumatif atau bahan cakupannya meliputi
seluruh materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan di akhir
suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan
belajar peserta didik. Tingkat keberhasilan dinyatakan dengan skor atau
nilai,pemberian sertifikat, dan sejenisnya.
d.
Pra-tes dan Post-test
Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki seorang siswa di awal
program pengajaran, kadang-kadang diselenggarakan pra-tes. Hasil pra-tes
digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada awal program
pengajaran. Tingkat kemampuan awal ini penting untuk menentukan sejauhmana
kemajuan seorang
siswa. Kemajuan
yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan hasil tes yang
diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).
C.
Jenis Tes Berdasarkan Cara
Mengerjakan
Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan meliputi ;
a.
Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam
hal soal maupun jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan
dikerjakan secara tertulis masih digolongkan ke dalam jenis tes tertulis.
Sebaliknya, tes yang soalnya diberikan dalam bentuk tulisan sedangkan
jawabannya berbentuk lisan tidak dapat dikategorikan ke dalam bentuk tes
tertulis.
b.
Tes Lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya
dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan
tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi
pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.
c. Tes Unjuk Kerja
Pada Tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai
indicator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
D.
Jenis Tes Berdasarkan Cara
Penyusunan
Jenis Tes Berdasarkan Cara Penyusunan tes dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu tes buatan guru dan ter
terstandar.
a. Tes Buatan Guru (Teacher-made Test)
Untuk melakukan tugas evaluasi itu, seorang guru harus
mengembangkan alat ukur, salah satunya tes. Tes yang dikembangkan sendiri oleh
guru disebut tes buatan guru (teacher-made test). Jadi tes buatan guru adalah
tes yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru, tetap dengan mengacu pada
karakteristik tes yang baik dan dilakukan secara cermat, untuk tetap menjamin
validitas maupun reliabilitasnya.
b.
Tes Terstandar (Standardized
Test)
Tes terstandar adalah tes yang dikembangkan dengan mengikuti
prosedur serta prinsip pengembangan tes secara ketat. Semua prosedur
pengembangan tes dikuti sehingga ciri-ciri tes sebagai alat ukur yang baik
senantiasa dapat dipenuhi. Dengan demikian, tingkat validitas, reliabilitas,
kepraktisan, maupun daya beda sudah bukan menjadi masalah lagi.
E.
Jenis Tes Berdasarkan Bentuk
Jawaban
Jika kita
melihat bentuk jawaban yang diberikan oleh peserta tes, kita
dapat membedakan
tiga jenis tes, yaitu; tes esei, tes jawaban pendek, dan tes obyektif. Untuk
lebih jelasnya, berikut akan dibahas jenis tes berdasarkan bentuk jawaban yang
meliputi :
a.
Tes Esei (Essay-type Test)
Tes bentuk uraian adalah
tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasangagasan tentang apa yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. Keunggulan tes
uraian, guru dapat mengukur kemampuan siswa
dalam hal
mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan
gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri. Sedang
keterbatasannya adalah cakupan materi pelajaran yang terbatas, waktu
pemeriksaan
jawaban yang lama, penskorannya cenderung subyektif dan umumnya kurang handal
dalam pengukuran.
b. Tes
Jawaban Pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta
menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban
pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun
angka-angka. Termasuk ke dalam tes jenis ini adalah tes yang mewajibkan
siswa untuk
mengisi bagian yang kosong dari sebuah kalimat atau teks. Sehingga diharapkan
dapat memberikan jawabannya sesingkat mungkin.
c.
Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan
istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah
mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta
tes. Menurut Subino (1987)
perbedaan yang
khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esei adalah tugas peserta tes (testee)
dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah memanipulasikan
data yang telah ada dalam butir soal. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes
yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Karena
sifatnya yang
objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.
Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang
bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Soal tes objektif sangat
bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil
belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok
diukur menggunakan soal bentuk ini. Soal objektif sangat bervariasi bentuknya.
Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, melengkapi dan jawaban singkat.
Bab
III Penutup
3.1.
Kesimpulan
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai
himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus
dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes
dengan tujuan untuk mengukur suat aspek tertentu dari peserta tes. Jenis-jenis
tes dapat dikelompokkan menjadi beberapa model klasifikasi yaitu:
- Pembagian jenis Tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan.
- Jenis Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan.
- Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan.
- Pembagian jenis Tes berdasarkan cara Penyusunan.
- Pembagian jenis Tes berdasarkan bentuk jawaban.
3.2.
Saran
Ø Dengan
membaca makalah ini, kita diharapkan dapat memahami apa itu tes.
Ø Dengan
membaca makalah ini, kita diharapkan mengetahui apa saja jenis-jenis dari
tersebut.
Daftar Pustaka
- Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
- Brookhart Susan M, Nitko J. Anthony. (2007). Educational Assesment of Student.Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.
- Poerwanti E. (2001). Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar